Cara Bersikap
Hastuti atau akrab disapa Bu Has, mengenakan jilbab cokelat dan kain batik Yogya. Kendati lahir 1960-an, ingatannya masih tajam. Kepada Manajer SDM, dia berkisah tentang peristiwa penanganan korupsi di salah satu instansi yang dipimpinnya. Pelakunya, satu orang kepercayaannya.
Sambil berkaca-kaca, dia menceritakan langkah yang akan
diambil. “Mbak, saya juga ikut bersalah. Artinya sistem di kantor kita ini
masih banyak yang perlu diperbaiki. Tadi malam, saya istikharah dan berdiskusi
dengan suami. Sebaiknya, kita jangan mengeluarkan orang itu. Saya harus tau
dulu, berapa kepala yang menjadi tanggungan dia. Berapa dapur yang mengepul
dari keringatnya,” kata Bu Has.
Sejenak ruangan itu hening. Ikut memikirkan apa yang Bu Has
sampaikan. Terlihat penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan. Sebagai
seorang pemimpin, beliau terlihat sangat tanggung jawab dan tidak egois.
Memikirkan solusi tanpa menimbulkan banyak permasalahan baru.
“Kecekel iwak e, ojo nganti buthek banyune Mbak,” mantra beliau ketika mencari pemecahan masalah terbaik. Artinya permasalahan terselesaikan tanpa menimbulkan keramaian, keributan, dan permasalahan baru. Diskusi dengan Manajer SDM, mengungkapkan segala beban dipikirannya, membuat dia tampak lebih lega.
Sambil menghela nafas panjang, dia yang seorang mualaf berkali-kali merapal doa permohonan ampun ke Tuhan. Beliau merupakan sosok pemimpin panutan kami. Baik, penyayang, perhatian, rendah hati, dan tegas saat dibutuhkan. Semenjak menjadi seorang mualaf, ideologi Islam selalu membersamai perjalanan hidupnya.
Komentar
Posting Komentar