Lawang Sewu
Semarang, Awal 2012
Kawasan wisata Lawang Sewu
berada di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Lebih tepatnya di daerah Tugu Muda.
Tempat wisata ini sudah tidak asing bagi kita. Selain sering muncul di
Televisi, Lawang Sewu adalah bangunan bersejarah yang berada di daerah
Semarang.
Lawang Sewu merupakan
bangunan bersejarah jaman Belanda. Bangunan ini konon digunakan sebagai kantor
PT. Kereta Api Indonesia. Bangunan yang terdiri dari dua bangunan utama dan
mempunyai banyak pintu ini cukup menarik untuk dikunjungi sebagai obyek wisata
sejarah di Semarang. Saat saya kesana, salah satu bangunannya sedang dalam
proses renovasi sehingga saya hanya bisa masuk ke gedung yang satunya.
Biaya masuk obyek wisata
relatif murah. Sekali masuk Rp. 10.000,00 tanpa guide, kalau menggunakan guide
kita harus menambah Rp. 10.000,00. Kalau ingin masuk ke ruang bawah tanah
membayar lagi Rp. 10.000,00.
Gedung yang saya masuki
terdiri dari dua lantai untuk perkantoran, satu ruangan bawah tanah, dan satu
ruangan yang berada dibawah atap. Gedung tersebut sudah sangat tua. Namun masih
berdiri kokoh meskipun ada sedikit renovasi. Terdiri dari ruangan-ruangan yang
masing-masing ruangan dihubungkan dengan pintu-pintu dan bagian yang menghadap
depan isinya pintu semua. Ada terasnya juga. Dari teras lantai dua kita bisa
melihat keramaian kota semarang di daerah Tugu Muda.
Meskipun suasana di kota
Semarang sangat panas, kalau masuk ke gedung itu terasa adem, sejuk. Mungkin
karena bangunan yang tinggi membuat sirkulasi udara lebih baik. Setelah melihat
dan berfoto-foto di lantai satu dan dua, saya melanjukan perjalanan ke ruangan
yang dekat dengan atap. Konon katanya ruangan itu digunakan untuk istirahat
para tentara. Di ruangan itu juga terlihat ada bekas panggung, bangunannya sudah
sangat tua. Melewati tangga yang sempit. Sepertinya bangunan tersebut sudah
dihuni binatang seperti kelelawar karena bau ruangan itu kurang enak. Tak lupa
saya mampir melihat kamar yang terletak di pojok di lantai dua. Ternyata
ruangan itu adalah kamar mandi.
Uniknya, kamar mandi itu
tidak bertuliskan kamar mandi pria atau wanita tapi kamar mandi Kabid/Kabag dan
kamar mandi biasa. Mungkin dulu kamar mandi antara atasan dan bawahan
dipisahkan. Senioritas yang sering kita jumpai saat ini mungkin masih mewarisi
sejarah. Perjalanan saya lanjutkan ke lantai bawah, nah disinilah tempat yang
cukup menarik bagi orang yang senang dengan petualangan. Menyusuri bawah tanah
bangunan Lawang Sewu. Bagi yang tidak suka gelap, saya sarankan tetap masuk.
Bawah tanah bangunan Lawang
Sewu, isinya air. Dahulu ruangan ini digunakan untuk menyimpan air yang
dialirkan dari sumur dan dari air hujan. Kemudian diproses menjadi uap air
untuk disalurkan ke pipa-pipa yang berada diruangan-ruangan. Fungsinya sebagai
pendingin ruangan atau semacam AC jaman sekarang. Tapi prosesnya alami sehingga
tidak menyebabkan global warming seperti yang terjadi saat ini.
Kedalaman sumur itu lebih dari seratus meter. Sumur terletak disamping bangunan
depan Lawang Sewu. Namun kita hanya bisa melihat bangunan bentuknya bulat
sumur, tidak bisa melihat kedalamanya langsung. Keren ya….
Meskipun menelan biaya yang
menurutku lumayan mahal, pendingin seperti ini tidak merugikan bumi. Namun,
ruangan ini beralih fungsi saat penjajahan jaman Jepang. Ruangan bawah tanah
ini terdiri dari sekat-sekat yang didalamnya ada tiang-tiang penyangga pipa.
Dan airnya masih ada sampai sekarang. Jaman Jepang ruangan ini digunakan untuk
penjara jongkok dan berdiri.
Bayangan saya, ruangan ini
jika digunakan untuk memenjarakan ratusan atau ribuan orang bisa mati dalam
sehari. Udara yang sangat terbatas, air yang selalu menggenang, ditambah
berdesak-desakkan orang berada dalam satu ruangan, menurutku ini pembunuhan
sadis. Kalau penjara berdiri, luas ruangan yang kurang dari1 x1 meter dimasukki
5-6 orang. Bagaimana mereka bisa bernafas??? Kejam sekali. Dari cerita orang
yang menguasai wilayah itu, banyak mayat-mayat yang masih berada di ruangan
itu. Ruangan itu hanya mendapatkan cahaya dari pintu kecil yang digunakan untuk
menampung air hujan dari luar. Menariknya, bangunan itu tidak berlumut meskipun
lembab dan saat ini sudah diberi lampu. Sehingga tidak perlu takut gelap lagi.
Ketika masuk ruangan
tersebut, dipinjami senter dan juga sepatu boat. Kalau ingin menggunakan guide
khusus ruangan itu harus mengantri dan menambah biaya lagi Rp. 10.000,00 per
tim.
Setelah selesai dengan satu
bangunan, cukup melelahkan. Disekitar bangunan tersebut ada orang jualan,
stiker, uang kuno, foto-foto juga. Ada bangunan seperti museum yang isinya
peralatan kecil-kecil kereta api jaman dahulu dan juga sejarah Lawang Sewu.
SELAMAT MENCOBA BAGI YANG
BELUM PERNAH. GA NYESEL KOK.. ^.^
Yogya, 2 Juni 2012
junee_3@yahoo.com
Komentar
Posting Komentar